Si
Dul Anak Jakarta
A.
Identitas
Buku






B.
Ringkasan
1.
Di
bawah Pohon Sauh
Seorang perempuan muda
terlihat sedang memanggil-manggil dari pintu belakang sebuah rumah. Perempuan
muda tersebut adalah ibunya Dul. Dari pohon sauh pun terdengar suara Dul yang
menyahut. Dia dipanggil oleh ibunya untuk makan, tapi si Dul menolak. Dia
berbohong ke ibunya bahwa dia sudah makan dan nasinya dibeli olehnya. Ibunya
heran, ibunya tidak memberikan si Dul upah hari ini. Si Dul telah berbohong
dengan ibunya, karena telah ditahu oleh ibunya berbohong, ia pun berkata yang
sejujurnya.
Setelah beberapa lama
ia berada fdi atas pohon sauh, ia dan empat temannya pergi bermain. Mereka
bermain jualan rujak. Salah seorang dari
mereka bernama Asnah, dia menjadi tukang rujaknya. Ketika beberapa lama mereka
bermain,datanglah dua orang anak perempuan. Mereka terlihat dekil, kerena Si
Dul dan teman-temannya merasa jijik mereka pun mengusir kedua anak itu. Sempat
ada cekcok diantara mereka, sampai-sampai mereka hampir berkelahi. Untung dari
satu diantara dua anak perempuan tersebut mangajak pulang. Mereka pun pulang ke
rumah, tapi Sapii masih terlihat marah dengan kedua anak tersebut, Mereka
diancam oleh Sapii.
Sapii terlihat kasar
karena kejadian tadi. As tidak suka dengan sifat Sapii. As pun berhenti
bermain. Sapii memporak poranda semua piring rujak. Sapii mengancam As, ketika
Dul melihat kejadian itu, Dul lalu menghampiri Sapii. Mereka berdua pun
berkelahi. Ibu Dul pun melihat perkelahian itu dan mererai mereka. Dul pun
diajak pulang oleh ibunya.
2.
Si
dul Jadi Haji
Keesokan harinya seusai
makan pagi si Dul tak pergi kemana-mana. Ia takut, karena di larang bermain
keluar oleh ibunya. Tapi dia tidak takut kepada sapii. Dia mereka-reka
bagaimana dia berkelahi dengan sapii.
Setelah
puas berkelahi seorang diri, tidurlah dia di balai-balai. Supaya tidak
menganggur, iapun berhitung. Dia berhitungbeberapa kali, tetapi selalu salah.
Lalu dia marah. Setelah itu dia berganti ke permainan lain. Menghitung
petak-petak tikar, bermain panah, bermain sumpit, dan bermain semut.
Melihat
Dul kegirangan mengadu semut, Asnah dan Patmah penasaran dan menghampiri si
Dul. Lalu melihat si Dul sedang asyik beradu semut. “berdosa lu ngadu binatang”
kata asnah. Setelah beberapa lama, mereka memutuskan untuk bermain
sedekah-sedekahan.
Saat
si Dul sedang menyiapkan permainannya, datanglah mpok. Si As dan si Pat masuk
dengan diiringi oleh dua orang gadis kecil yang malu-malu. Si As datang membawa
bakul kecil yang di dalamnya tampak oleh-oleh.
Si
Dul, si As dan kedua gadis kecil itu mempersiapkan permainannya, ditaruhnya
jajan-jajan di piring dan air di gelas. Lalu si Dul pergi ke belakang. Si As
gelisah lama menunggu, tiba-tiba datang seorang dengan memberi salam di depan
pagar. Ternyata itu tidak lain adalah Haji Dul. Ia memakai sarung ibunya dan di
kepalanya di belitkiannya handuk bapaknya akan ganti sorban.
“Assalamualaikum
bang aji, masuk dah!” kata Asnah tertawa juga. Bibir si dul juga terlihat kelak
yang di tanam. Si Dul pun duduk di depan jajan-jajan cine yang sudah
disediakan. Lalu datanglah empat kawan-kawannya As dan duduk mengelilingi Haji
Dul.
Beberapa
saat bang Haji dipersilahkan tahlil, tapi bang haji menggaruk-garuk kepalanya.
“udah gue tahlil ame baca doa tadi” kata si Dul. “kok gue gak denger” kata si
As. As pun memaksa si Dul untuk baca doa lagi dengan akan dibawakan makanan.
Lalu
si Dul minta menyan dan pedupaan. Si As memberikan api dan beberapa helai
rumput kering, lalu di bakar oleh si Dul, dan si Dul mulai membaca do’a.
“bismillah...” kata si Dul. Hingga rambutan di piring di doakan, hingga teman-temannya
tertawa.
Si
Dul tidak tahan melihat rambutan dan
duku. Lalu diapun melahapnya terus. Sambil memuji kelezatannya. Lalu ibunya
berseru “duuuull, udah lepas lohor, pergi ngaji dulu”.
“besok
gue tahlil, As ame baca do’enye bener-bener. Kayak tadi juga dateng sini ye,
bawa rambutan, duku, menteng, kue cine, biar banyakin dikit dong” kata si Dul.
Lalu
kawan-kawannya pulang. Dan saat dul pergi mengaji, bertemulah dengan
teman-temannya tadi yang hendak mengaji pula, dan berjalan menuju rumah Uak
Salim, tempat mereka mengaji.
3.
Gembala
Kambing
Dibawah sepohon kecapi
besar rimbun, ada sebuah rumah beratap genting. Rumah itu terlihat terawat.
Disebuah balai bambu, ada seorang laki-laki tua duduk. Laki tua itu memiliki
mata satu. Dia mempunyai itu karena dulu dia berkelahi dengan seorang jago “
Bekasi”. Mulanya Si jago Bekasi itu kalah dan melarikan diri, tapi pada suatu
malam, laki-laki tua itu ditusuk matanya oleh seorang musuhnya, dengan pisau
belati. Akhirnya matanya pun pecah dan tinggal satu.
Semenjak matanya
tinggal satu, Uak Salim mengajari anak-anak mengaji. Dia mengajari muridnya
dengan tekun, jika ada kesalahan ditegurnya pula murid-murid itu. Semua kelakuan
murid-muridnya dapat ia atasi. Tiap habis bulan Uak Salim dapat sedekah dari
murid-muridnya.
Ia mendapat setali
seorang. Apabila ada seorang muridnya membawa sedekah, Uak Salim memarahi
muridnya. Si Dul selalu kena marah, karena dia lupa membawa uang sedekah.
Waktu asar, anak-anak
selesai mengaji. Sebelum pulang, mereka harus menyapu perkarangan dan
membersihkan kandang kambing. Hari ini giliran Si Dul,Mamat,Anje dan Dadek
mencari umpan kambing. Si Dul lalu membawa Bandot ke lapang hijau. Semula Uak
Salim tidak mengijinkan, tetapi setelah lama dibujuk oleh Dul, di pun
mengijinkan Dul membawa kambing itu.
Kambing tersebut
dipaksa Dul untuk berjalan, Si Dul kesulitan dalam melakukannya. Si Dul
memukul-memukul belakang kambing itu, tapi dia tak kunjung berjalan, makin
dihalau, kambing itu pun berlari. Si Dul pun cemas dan langsung mengikuti
kambing itu. Si Dul trus mengejar kambing itu, setelah beberapa lama kambing
itu pun ditangkapnya dan langsung diikat disebuah pohon. Dipadang rumput yang
hijau. Sambil menunggu kambing yang sedang makan, Si Dul nyandar dipohon
tersebut melepas kelelahannya. Si Dul pun terlelap. Dia bermimp disiksa oleh
kambing. Dia sangat tersiksa. Dimimpinya dia diperlakukan seperti yang
dilakukannya ke kambing tersebut. Si Dul ketakutan. Kambingnya lari dan Si Dul
pun lari pulang untuk mencari kambing. Ternyata kambing itu telah berada
dikandang.
4.
Mencari
Umpan Kambing
Dua hari setelah itu
datang lagi giliran mencuri “umpan” kambing. Si Dul kesal sampai-sampai
menyumpahi kambing itu. Si Dul harus mencari daun-daun untuk makanan kambing.
Dan Amje menceritakan pengalamannya mencuri daun, tapi si dul tidak ingin
berbagi pengalaman juga. Lalu mereka pergi ke kebun Bang Tong. Dengan
menyelinap, lalu ada yang berteriak “bang Tong, ada orang nyolong daun nangke”.
Lalu bang Tong mengejar mereka.
Setelah
sampai kandang, si Dul dimarahi Engkong karena tidak membawa hasil. Pasalnya
daun-daun tersebut jatuh di jalan. Si Dul mengira bahwa daun bagiannya ada pada
Amje, lalu mereka berkelahi karena berbeda pendapat.
Si
Amje lari pulang dengan benjol sambil menangis. Sedangkan si Dul pulang
diem-diem lalu mandi. Karena ketahuan berkelahi, si Dul dimarah ibunya, dan si
Dul menangis. Lalu setelah itu dipijat oleh bapaknya di kamarnya. Sambil
bercerita bahwa bapak si Dul dulu juga ditakuti orang, bukan hanya karena
pandai silat, tetapi juga karena budinya, ia tidak segan menolong temannya yang
kesusahan.
Saat
sebelum makan, si Dul berbincang-bincang dengan bapaknya, si Dul ingin sekolah,
bapaknya berjanji ingin menyekolahkan si Dul seusai lebaran.
Setelah
itu si Dul tidur dan bermimpi dia sedang sekolah. “aduuuh, sakit nyaaak” keluh
si Dul. Orang tuanya khawatir, lalu si Dul menceritakan mimpinya dan mereka
semua tertawa.
5.
Berjualan
Nasi Ulam
Dengan tiada sangka
terjadi suatu kemalangan. Seseorang datang membawa kabar bahwa otobus bapak si Dul
kecelakaan. Dan beliau di bawa ke rumah sakit di Salemba. Nyak si Dul lalu
pergi kerumah sakit dengan bang Amat. Ketika mereka sampai, ternyata babe si
Dul telah meninggal. Dan semua merasa sedih.
Tujuh
hari setelah bapak si Dul meninggal, tapi semua masih sedih. Tiap hari rumahnya
ramai. Setelah tujuh hari, rumahpun sepi kembali, dan baru terasa kalau si Dul
sudah tidak punya bapak. Saking sedihnya, ibu si Dul pun sakit. Badannya panas
hingga tiga hari ibunya tak bangun-bangun.
Sepekan
sudah ibu si Dul sakit, ia hanya mau minum air. Badannya makin kurus. Dua pekan
ibu si Dul sakit, dan di ajak tinggallah bersama orangtuanya. Sebulan sudah
sakitnya, kakinya jadi lumpuh. Dan hidup si Dul dan ibunya semakin sengsara.
Lalu
mpok joen datang. Setelah beberapa lama bercerita, ibu si Dul ingin ikut
bekerja di rumah obat. Namun orangtua ibu si dul tidak memberi izin. Sehingga
dibatalkan keinginannya bekerja di rumah obat. Tapi mereka memutuskan untuk
menjual ketan urap.
Pagi-pagi
pukul empat mpok Am (ibu si Dul) sudah bangun. Ia pergi membuat nasi ulam dan
ketan urap. Dan pukul enam mereka mulai keliling menjual dagangannya. Pukul
delapan dagangannya sudah habis, karena teriakan si dul yang berbeda.
Si
Dul berjualan di Kalibaru, namun di sana dia bertemu dengan Sapii dan Sari,
jualan si Dul jadi kena tanah karena mereka berdua. Lalu si Dul dan Sapii
saling ejek sampai terguling-guling ke dalam kali dan berkelahi.
Untunglah
ketika itu lewatlah tuan lurah disana. “siapa yang berkelahi? Nanti saya bawa
ke kantor polisi” dan merekapun berhenti berkelahi. Dan menceritakan semuanya
kepada pak lurah dan pak lurah menyuruh Sapii dan kawan-kawannya untuk membeli
dagangan si Dul, agar Dul tidak rugi. Si Dul dan Sapii pun bersalaman dan si
Dull melanjutkan berdagang.
6.
Bang
Amat Yang Baik Hati
Bulan Ramadhan sudah
datang. Si Dul baru tahun ini berpuasa. Si Dul bermain dengan temannya tapi dia
memikirkan dulu. Dia tidak mau ada Amje di situ. Tapi setelah lama berdiskusi
mereka pun ikut bermain. Mereka bermain tembok. Mereka bermain dengan
asyiknya.si Dul mendapatkan sekantung gunduh. Matanya berkilat-kilat,
kegirangan. Setelah beberapa lama main, si Dul dicurigai curang oleh temanya,
Amje. Mereka hampir berkelahi tapi Amat melerai mereka. Mereka melanjutkan
permainannya, si Dul kelihatan kalah. Si Dul panas dan menghentikan permainan.
Berhenti main tembok,
mereka lalu bermain Poces. Si Dul di beri 5 pokok oleh Mamat, Si Dul menerima
tawaran Mamat, si Dul juga kalah dalam permainan itu, mereka pun berhenti dan
pergi ke rumah Asnah. Di rumah Asnah lagi bernyanyi. Asnah diajak bermain, tapi
dia tidak mau.
7.
Si
Dul Kecewa
Keesokannya, si Dul
denganibunya kepasaruntuk membeli persiapan lebaran. Meskipun harganya begitu
tinggi tapi banyak orang yang datang. Si Dul dan ibunya masuk ke sebuah toko
dalam los besar. Toko itu sangat ribut, banyak orang yang datang. Ada yang meneriakan
barangnya. Si Dul dan ibunyapun menghampiri sebuah tempat jualan baju. Belum
dilihat, penjualnya sudah membuka baju jualannya itu. Si Dul dan ibunya
melihat-lihatbarang yang ada ditoko itu, setelah begitu lama akhirnya mereka
mendapatkan baju untuk Dul.
Sepulang dari toko, si
Dul dan ibunya pergi ke sebuah toko untuk membeli topinya Dul. Di tengah
perjalanan ke toko itu, Dul terlihat sedang melihat sebuah toko tempat
penjualan kembang api. Dia merengek-rengek. Semula ibunya tidak mengijinkan ia,
tapi karena ibunya kasihan melihatnya, ibunya pun mengijinkannya membeli
petasan itu. Selesai membeli petasan, ia pun pulang dengan hati senang.
Malam lebaran pun tiba,
si Dul dan teman-temannya pun ramai menyalakan petasan. Malam itu terlihat
pesta dilangit. Mereka menyalakan hingga subuh menjelang. Hati Dul sangat
kegirangan. Malamnya dia pesta kembang api dan paginya ia mengenakan baju baru
yang dia beli. Hai itu si Dul seharia makan ketupat. Si Dul ingin memakai dasi,
tapi ibunya tidak dapat memasangkannya. Selesai itu dia pun keluar bermain
dengan temannya. Di jalan dia dilihat oleh teman-temannya, dia di olok oleh
temannya karena hanya dia yang mengenakan baju konyol seperti itu.
Si Dul dan
teman-temannya pergi sholat. Selesai sholat mereka pergi ke rumah engkong-engkongnya
untuk mengambil THR. Ternyata si Dul mendapatupah paling sedikit. Si Dul dan
teman-temannya pergi ke rumah Uak Salim, disana ia diolok-olok, si Dul sangat
kecewa. Dia pun pulang.
8.
Maksud
Si Dul Sampai
Sebulan selepas
lebaran. Si Dul dan ibunya tinggal bersama ayah tiri dan marjuki, anak dari
ayah tirinya itu. Penduduk kampung belum ada yang tau asal-usul pastinya. Ayah
tirinya itu bekerja menjadi montir di bengkel oto.
Waktu
ibu si Dul kawin dengan dia, hampir saja jadi ribut, sebab orangtua ibu si dul
tidak menyukainya karena asal usul dan agamanya tidak jelas. Tetapi ibu si Dul
tetap melawan, berfikir kalau lama-lama akan jadi baik.
Ibu
dan ayah si Dul berniat ingin menyekolahkan mereka berdua. Tetapi ketika ayah
menanyakan ke ibu si Dul, ibu hanya diam. Sebenarnya ibu si Dul sangat ingin
juga. Menurut ayah tirinya sekolah itu tidak boleh di lupakan.
Pada
sore hari mereka datang ke rumah orang tua ibu si Dul untuk memohon izin agar
si Dul sekolah. Tapi babe ibu si Dul memahami kalau mengaji itu lebih penting,
dan sekolah bukanlah hal yang penting. Dan babe ibunya si Dul itu tidak ingin
peduli dengan ibu si Dul dan si Dul. Si Dul dan ibunya ditinggal begitu saja
oleh babe ibunya itu, ibu si Dul pun menangis dan pulang.
Di
jalan mereka bertemu dengan tuan Lurah, dan menanyakan apa sebabnya ibu si Dul
menangis. Ibu si Dul pun menceritakan apa yang di alaminya itu. Lalu tuan lurah
menyarankan agar si Dul sekolah dan juga mengaji. Hati ibupun menjadi lebih
tenang setelahnya.
Pagi-pagi
si Dul udah bangun, sesudah berpakaian dibawanya berangkat sekolah oleh bapak
tirinya. Dan disana si dul bertemu dengan teman sebayanya, dan masuk ke kelas
serta berkenalan.
Tidah
terasa sudah waktunya pulang, sesampainya di rumah, si Dul menceritakan apa
yang di dapat di sekolah. Di bilang kalau sekolah itu berbeda dari mengaji, dan
namanya si Dul yang tadinya hanya Dul saja menjadi Abdul Hamid.
Demikianlah
si Dul bersekolah makin hari makin terasa enaknya. Dan diapun rajin belajar,
apalagi dia sudah mulai di ajar bermain-main barisdan melompat-lompat yang
sangat disukainya itu.
C.
Komentar

Buku ini barisi tentang
kehidupan si Dul yang konyol, kocak dan kuat menghadapi masalah. Buku ini
sangat menarik dan menghibur karena kekonyolan si Dul.

Buku ini terlalu banyak
menggunakan bahasa tradisional (Betawi) dan beberapa kata tidak dapat
dimengerti.

a. Layak
di baca oleh remaja-remaja
b. Banyak
hikmah dari ceritanya yang bisa dipetik
c. Menghibur
Comments
Post a Comment