resensi buku Si Dul Anak Jakarta


Si Dul Anak Jakarta

A.    Identitas Buku
*      Judul                         :           Si Dul Anak Jakarta
*      Penulis                    :           Aman DT.Madjoindo
*      Penerbit                    :           Balai Pustaka
*      Tahun Tertib           :           2004
*      Tebal Buku              :           86
*      Episode                     :           8

B.    Ringkasan
1.     Di bawah Pohon Sauh

Seorang perempuan muda terlihat sedang memanggil-manggil dari pintu belakang sebuah rumah. Perempuan muda tersebut adalah ibunya Dul. Dari pohon sauh pun terdengar suara Dul yang menyahut. Dia dipanggil oleh ibunya untuk makan, tapi si Dul menolak. Dia berbohong ke ibunya bahwa dia sudah makan dan nasinya dibeli olehnya. Ibunya heran, ibunya tidak memberikan si Dul upah hari ini. Si Dul telah berbohong dengan ibunya, karena telah ditahu oleh ibunya berbohong, ia pun berkata yang sejujurnya.
Setelah beberapa lama ia berada fdi atas pohon sauh, ia dan empat temannya pergi bermain. Mereka bermain jualan rujak. Salah  seorang dari mereka bernama Asnah, dia menjadi tukang rujaknya. Ketika beberapa lama mereka bermain,datanglah dua orang anak perempuan. Mereka terlihat dekil, kerena Si Dul dan teman-temannya merasa jijik mereka pun mengusir kedua anak itu. Sempat ada cekcok diantara mereka, sampai-sampai mereka hampir berkelahi. Untung dari satu diantara dua anak perempuan tersebut mangajak pulang. Mereka pun pulang ke rumah, tapi Sapii masih terlihat marah dengan kedua anak tersebut, Mereka diancam oleh Sapii.
Sapii terlihat kasar karena kejadian tadi. As tidak suka dengan sifat Sapii. As pun berhenti bermain. Sapii memporak poranda semua piring rujak. Sapii mengancam As, ketika Dul melihat kejadian itu, Dul lalu menghampiri Sapii. Mereka berdua pun berkelahi. Ibu Dul pun melihat perkelahian itu dan mererai mereka. Dul pun diajak pulang oleh ibunya.

           
2.     Si dul Jadi Haji

Keesokan harinya seusai makan pagi si Dul tak pergi kemana-mana. Ia takut, karena di larang bermain keluar oleh ibunya. Tapi dia tidak takut kepada sapii. Dia mereka-reka bagaimana dia berkelahi dengan sapii.
            Setelah puas berkelahi seorang diri, tidurlah dia di balai-balai. Supaya tidak menganggur, iapun berhitung. Dia berhitungbeberapa kali, tetapi selalu salah. Lalu dia marah. Setelah itu dia berganti ke permainan lain. Menghitung petak-petak tikar, bermain panah, bermain sumpit, dan bermain semut.
            Melihat Dul kegirangan mengadu semut, Asnah dan Patmah penasaran dan menghampiri si Dul. Lalu melihat si Dul sedang asyik beradu semut. “berdosa lu ngadu binatang” kata asnah. Setelah beberapa lama, mereka memutuskan untuk bermain sedekah-sedekahan.
            Saat si Dul sedang menyiapkan permainannya, datanglah mpok. Si As dan si Pat masuk dengan diiringi oleh dua orang gadis kecil yang malu-malu. Si As datang membawa bakul kecil yang di dalamnya tampak oleh-oleh.
            Si Dul, si As dan kedua gadis kecil itu mempersiapkan permainannya, ditaruhnya jajan-jajan di piring dan air di gelas. Lalu si Dul pergi ke belakang. Si As gelisah lama menunggu, tiba-tiba datang seorang dengan memberi salam di depan pagar. Ternyata itu tidak lain adalah Haji Dul. Ia memakai sarung ibunya dan di kepalanya di belitkiannya handuk bapaknya akan ganti sorban.
            “Assalamualaikum bang aji, masuk dah!” kata Asnah tertawa juga. Bibir si dul juga terlihat kelak yang di tanam. Si Dul pun duduk di depan jajan-jajan cine yang sudah disediakan. Lalu datanglah empat kawan-kawannya As dan duduk mengelilingi Haji Dul.
            Beberapa saat bang Haji dipersilahkan tahlil, tapi bang haji menggaruk-garuk kepalanya. “udah gue tahlil ame baca doa tadi” kata si Dul. “kok gue gak denger” kata si As. As pun memaksa si Dul untuk baca doa lagi dengan akan dibawakan makanan.
            Lalu si Dul minta menyan dan pedupaan. Si As memberikan api dan beberapa helai rumput kering, lalu di bakar oleh si Dul, dan si Dul mulai membaca do’a. “bismillah...” kata si Dul. Hingga rambutan di piring di doakan, hingga teman-temannya tertawa.
            Si Dul tidak tahan melihat rambutan  dan duku. Lalu diapun melahapnya terus. Sambil memuji kelezatannya. Lalu ibunya berseru “duuuull, udah lepas lohor, pergi ngaji dulu”.
            “besok gue tahlil, As ame baca do’enye bener-bener. Kayak tadi juga dateng sini ye, bawa rambutan, duku, menteng, kue cine, biar banyakin dikit dong” kata si Dul.
            Lalu kawan-kawannya pulang. Dan saat dul pergi mengaji, bertemulah dengan teman-temannya tadi yang hendak mengaji pula, dan berjalan menuju rumah Uak Salim, tempat mereka mengaji.

3.     Gembala Kambing

Dibawah sepohon kecapi besar rimbun, ada sebuah rumah beratap genting. Rumah itu terlihat terawat. Disebuah balai bambu, ada seorang laki-laki tua duduk. Laki tua itu memiliki mata satu. Dia mempunyai itu karena dulu dia berkelahi dengan seorang jago “ Bekasi”. Mulanya Si jago Bekasi itu kalah dan melarikan diri, tapi pada suatu malam, laki-laki tua itu ditusuk matanya oleh seorang musuhnya, dengan pisau belati. Akhirnya matanya pun pecah dan tinggal satu.
Semenjak matanya tinggal satu, Uak Salim mengajari anak-anak mengaji. Dia mengajari muridnya dengan tekun, jika ada kesalahan ditegurnya pula murid-murid itu. Semua kelakuan murid-muridnya dapat ia atasi. Tiap habis bulan Uak Salim dapat sedekah dari murid-muridnya.
Ia mendapat setali seorang. Apabila ada seorang muridnya membawa sedekah, Uak Salim memarahi muridnya. Si Dul selalu kena marah, karena dia lupa membawa uang sedekah.
Waktu asar, anak-anak selesai mengaji. Sebelum pulang, mereka harus menyapu perkarangan dan membersihkan kandang kambing. Hari ini giliran Si Dul,Mamat,Anje dan Dadek mencari umpan kambing. Si Dul lalu membawa Bandot ke lapang hijau. Semula Uak Salim tidak mengijinkan, tetapi setelah lama dibujuk oleh Dul, di pun mengijinkan Dul membawa kambing itu.
Kambing tersebut dipaksa Dul untuk berjalan, Si Dul kesulitan dalam melakukannya. Si Dul memukul-memukul belakang kambing itu, tapi dia tak kunjung berjalan, makin dihalau, kambing itu pun berlari. Si Dul pun cemas dan langsung mengikuti kambing itu. Si Dul trus mengejar kambing itu, setelah beberapa lama kambing itu pun ditangkapnya dan langsung diikat disebuah pohon. Dipadang rumput yang hijau. Sambil menunggu kambing yang sedang makan, Si Dul nyandar dipohon tersebut melepas kelelahannya. Si Dul pun terlelap. Dia bermimp disiksa oleh kambing. Dia sangat tersiksa. Dimimpinya dia diperlakukan seperti yang dilakukannya ke kambing tersebut. Si Dul ketakutan. Kambingnya lari dan Si Dul pun lari pulang untuk mencari kambing. Ternyata kambing itu telah berada dikandang.



4.     Mencari Umpan Kambing

Dua hari setelah itu datang lagi giliran mencuri “umpan” kambing. Si Dul kesal sampai-sampai menyumpahi kambing itu. Si Dul harus mencari daun-daun untuk makanan kambing. Dan Amje menceritakan pengalamannya mencuri daun, tapi si dul tidak ingin berbagi pengalaman juga. Lalu mereka pergi ke kebun Bang Tong. Dengan menyelinap, lalu ada yang berteriak “bang Tong, ada orang nyolong daun nangke”. Lalu bang Tong mengejar mereka.
            Setelah sampai kandang, si Dul dimarahi Engkong karena tidak membawa hasil. Pasalnya daun-daun tersebut jatuh di jalan. Si Dul mengira bahwa daun bagiannya ada pada Amje, lalu mereka berkelahi karena berbeda pendapat.
            Si Amje lari pulang dengan benjol sambil menangis. Sedangkan si Dul pulang diem-diem lalu mandi. Karena ketahuan berkelahi, si Dul dimarah ibunya, dan si Dul menangis. Lalu setelah itu dipijat oleh bapaknya di kamarnya. Sambil bercerita bahwa bapak si Dul dulu juga ditakuti orang, bukan hanya karena pandai silat, tetapi juga karena budinya, ia tidak segan menolong temannya yang kesusahan.
            Saat sebelum makan, si Dul berbincang-bincang dengan bapaknya, si Dul ingin sekolah, bapaknya berjanji ingin menyekolahkan si Dul seusai lebaran.
            Setelah itu si Dul tidur dan bermimpi dia sedang sekolah. “aduuuh, sakit nyaaak” keluh si Dul. Orang tuanya khawatir, lalu si Dul menceritakan mimpinya dan mereka semua tertawa.

5.     Berjualan Nasi Ulam

Dengan tiada sangka terjadi suatu kemalangan. Seseorang datang membawa kabar bahwa otobus bapak si Dul kecelakaan. Dan beliau di bawa ke rumah sakit di Salemba. Nyak si Dul lalu pergi kerumah sakit dengan bang Amat. Ketika mereka sampai, ternyata babe si Dul telah meninggal. Dan semua merasa sedih.
            Tujuh hari setelah bapak si Dul meninggal, tapi semua masih sedih. Tiap hari rumahnya ramai. Setelah tujuh hari, rumahpun sepi kembali, dan baru terasa kalau si Dul sudah tidak punya bapak. Saking sedihnya, ibu si Dul pun sakit. Badannya panas hingga tiga hari ibunya tak bangun-bangun.
            Sepekan sudah ibu si Dul sakit, ia hanya mau minum air. Badannya makin kurus. Dua pekan ibu si Dul sakit, dan di ajak tinggallah bersama orangtuanya. Sebulan sudah sakitnya, kakinya jadi lumpuh. Dan hidup si Dul dan ibunya semakin sengsara.
            Lalu mpok joen datang. Setelah beberapa lama bercerita, ibu si Dul ingin ikut bekerja di rumah obat. Namun orangtua ibu si dul tidak memberi izin. Sehingga dibatalkan keinginannya bekerja di rumah obat. Tapi mereka memutuskan untuk menjual ketan urap.
            Pagi-pagi pukul empat mpok Am (ibu si Dul) sudah bangun. Ia pergi membuat nasi ulam dan ketan urap. Dan pukul enam mereka mulai keliling menjual dagangannya. Pukul delapan dagangannya sudah habis, karena teriakan si dul yang berbeda.
            Si Dul berjualan di Kalibaru, namun di sana dia bertemu dengan Sapii dan Sari, jualan si Dul jadi kena tanah karena mereka berdua. Lalu si Dul dan Sapii saling ejek sampai terguling-guling ke dalam kali dan berkelahi.
            Untunglah ketika itu lewatlah tuan lurah disana. “siapa yang berkelahi? Nanti saya bawa ke kantor polisi” dan merekapun berhenti berkelahi. Dan menceritakan semuanya kepada pak lurah dan pak lurah menyuruh Sapii dan kawan-kawannya untuk membeli dagangan si Dul, agar Dul tidak rugi. Si Dul dan Sapii pun bersalaman dan si Dull melanjutkan berdagang.

6.     Bang Amat Yang Baik Hati

Bulan Ramadhan sudah datang. Si Dul baru tahun ini berpuasa. Si Dul bermain dengan temannya tapi dia memikirkan dulu. Dia tidak mau ada Amje di situ. Tapi setelah lama berdiskusi mereka pun ikut bermain. Mereka bermain tembok. Mereka bermain dengan asyiknya.si Dul mendapatkan sekantung gunduh. Matanya berkilat-kilat, kegirangan. Setelah beberapa lama main, si Dul dicurigai curang oleh temanya, Amje. Mereka hampir berkelahi tapi Amat melerai mereka. Mereka melanjutkan permainannya, si Dul kelihatan kalah. Si Dul panas dan menghentikan permainan.
Berhenti main tembok, mereka lalu bermain Poces. Si Dul di beri 5 pokok oleh Mamat, Si Dul menerima tawaran Mamat, si Dul juga kalah dalam permainan itu, mereka pun berhenti dan pergi ke rumah Asnah. Di rumah Asnah lagi bernyanyi. Asnah diajak bermain, tapi dia tidak mau.

7.     Si Dul Kecewa

Keesokannya, si Dul denganibunya kepasaruntuk membeli persiapan lebaran. Meskipun harganya begitu tinggi tapi banyak orang yang datang. Si Dul dan ibunya masuk ke sebuah toko dalam los besar. Toko itu sangat ribut, banyak orang yang datang. Ada yang meneriakan barangnya. Si Dul dan ibunyapun menghampiri sebuah tempat jualan baju. Belum dilihat, penjualnya sudah membuka baju jualannya itu. Si Dul dan ibunya melihat-lihatbarang yang ada ditoko itu, setelah begitu lama akhirnya mereka mendapatkan baju untuk Dul.
Sepulang dari toko, si Dul dan ibunya pergi ke sebuah toko untuk membeli topinya Dul. Di tengah perjalanan ke toko itu, Dul terlihat sedang melihat sebuah toko tempat penjualan kembang api. Dia merengek-rengek. Semula ibunya tidak mengijinkan ia, tapi karena ibunya kasihan melihatnya, ibunya pun mengijinkannya membeli petasan itu. Selesai membeli petasan, ia pun pulang dengan hati senang.
Malam lebaran pun tiba, si Dul dan teman-temannya pun ramai menyalakan petasan. Malam itu terlihat pesta dilangit. Mereka menyalakan hingga subuh menjelang. Hati Dul sangat kegirangan. Malamnya dia pesta kembang api dan paginya ia mengenakan baju baru yang dia beli. Hai itu si Dul seharia makan ketupat. Si Dul ingin memakai dasi, tapi ibunya tidak dapat memasangkannya. Selesai itu dia pun keluar bermain dengan temannya. Di jalan dia dilihat oleh teman-temannya, dia di olok oleh temannya karena hanya dia yang mengenakan baju konyol seperti itu.
Si Dul dan teman-temannya pergi sholat. Selesai sholat mereka pergi ke rumah engkong-engkongnya untuk mengambil THR. Ternyata si Dul mendapatupah paling sedikit. Si Dul dan teman-temannya pergi ke rumah Uak Salim, disana ia diolok-olok, si Dul sangat kecewa. Dia pun pulang.

8.     Maksud Si Dul Sampai

Sebulan selepas lebaran. Si Dul dan ibunya tinggal bersama ayah tiri dan marjuki, anak dari ayah tirinya itu. Penduduk kampung belum ada yang tau asal-usul pastinya. Ayah tirinya itu bekerja menjadi montir di bengkel oto.
            Waktu ibu si Dul kawin dengan dia, hampir saja jadi ribut, sebab orangtua ibu si dul tidak menyukainya karena asal usul dan agamanya tidak jelas. Tetapi ibu si Dul tetap melawan, berfikir kalau lama-lama akan jadi baik.
            Ibu dan ayah si Dul berniat ingin menyekolahkan mereka berdua. Tetapi ketika ayah menanyakan ke ibu si Dul, ibu hanya diam. Sebenarnya ibu si Dul sangat ingin juga. Menurut ayah tirinya sekolah itu tidak boleh di lupakan.
            Pada sore hari mereka datang ke rumah orang tua ibu si Dul untuk memohon izin agar si Dul sekolah. Tapi babe ibu si Dul memahami kalau mengaji itu lebih penting, dan sekolah bukanlah hal yang penting. Dan babe ibunya si Dul itu tidak ingin peduli dengan ibu si Dul dan si Dul. Si Dul dan ibunya ditinggal begitu saja oleh babe ibunya itu, ibu si Dul pun menangis dan pulang.
            Di jalan mereka bertemu dengan tuan Lurah, dan menanyakan apa sebabnya ibu si Dul menangis. Ibu si Dul pun menceritakan apa yang di alaminya itu. Lalu tuan lurah menyarankan agar si Dul sekolah dan juga mengaji. Hati ibupun menjadi lebih tenang setelahnya.
            Pagi-pagi si Dul udah bangun, sesudah berpakaian dibawanya berangkat sekolah oleh bapak tirinya. Dan disana si dul bertemu dengan teman sebayanya, dan masuk ke kelas serta berkenalan.
            Tidah terasa sudah waktunya pulang, sesampainya di rumah, si Dul menceritakan apa yang di dapat di sekolah. Di bilang kalau sekolah itu berbeda dari mengaji, dan namanya si Dul yang tadinya hanya Dul saja menjadi Abdul Hamid.
            Demikianlah si Dul bersekolah makin hari makin terasa enaknya. Dan diapun rajin belajar, apalagi dia sudah mulai di ajar bermain-main barisdan melompat-lompat yang sangat disukainya itu.


C.   Komentar
*    Kelebihan
Buku ini barisi tentang kehidupan si Dul yang konyol, kocak dan kuat menghadapi masalah. Buku ini sangat menarik dan menghibur karena kekonyolan si Dul.

*    Kekurangan
Buku ini terlalu banyak menggunakan bahasa tradisional (Betawi) dan beberapa kata tidak dapat dimengerti.

*    Manfaat
a.       Layak di baca oleh remaja-remaja
b.      Banyak hikmah dari ceritanya yang bisa dipetik
c.       Menghibur

Comments